08/06 2014

Transcranial Magnetic Stimulation (TMS)

 

Transcranial Magnetic Stimulation (TMS)

Transcranial Magnetic Stimulation (TMS) adalah salah satu alat bidang Neurofisiologi yang dapat digunakan dalam membantu diagnosis gangguan saraf maupun digunakan dalam terapi/pengobatan gangguan saraf, baik gangguan fungsi saraf pusat maupun saraf tepi.
Cara kerja alat ini adalah dengan memberikan stimulasi pada sel saraf otak sehingga sel-sel otak yang terganggu dapat bekerja kembali dengan lebih baik.TMS berguna meningkatkan aktivitas sel yang tidak begitu aktif melalui peningkatan kerja neurotransmiter, yaitu suatu zat penghantar padajalur sel-sel saraf. Terapi TMS dilakukan dengan memberikan gelombang elektromagnetik frekuensi rendah atau frekuensi tinggi untuk memberikan efek inhibisi/hambatan pada saraf yang terlalu aktif ataupun menga ktivasi sel-sel yang kurang aktif. “Prinsipnya adaiah menyeimbangkan kerja sel saraf.

TMS Adalah Terapi Lanjutan.

TMS adalah terapi tambahan, bukan pengganti obat pada tatalaksana gangguan saraf. Pasien dengan gangguan sistern saraf tetap diberikan pengobatan sesuai standar setelah itu dapat diberikan terapi TMS untuk menunjang atau mempercepat proses penyembuhan.

Persiapan Sebelum Terapi TMS.

Beberapa persiapan perlu dilakukan sebelum penggunaan TMS, seperti pemeriksaan klinis, pemeriksaan neurobehavior, penelusuran riwayat kejang, ada tidaknya metal atau logam pada otak,serta skrining fungsi sel saraf otak.
Pada pasien dengan riwayat kejang atau epilepsi, dapat dilakukan pemeriksaan EEG. Dari pemeriksaan EEG dapat diketahui apakah terdapat fokus epileptikus.

Dengan ditemukannya fokus epileptikus pada pemeriksaan EEG dapat membantu untuk menentukan dosis TMS yang sesuai.Penggunaan TMS pada pasien epilepsi harus lebih hati-hati karena stimulasi yang berlebihan dapat memicu terjadinya kejang. Namun dengan pemberian dosis TMS yang tepat yaitu frekuensi rendah dapat membantu mengurangi kejadian frekuensi kejang pada kasus-kasus yang tidak dapat diatasi dengan obat rnaupun operasi. “Inilah pentingnya persiapan sebelurnTMS, salah satunya menggunakan EEG”, tegas dokter yang telah hampir 3 tahun menggunakan TMS untuk terapi pasiennya ini.
TMS ini tidak dapat dilakukan pada orang yang mempunyai benda logam di otaknya karena prinsip kerja TMS ini adalah menggunakan meclan magnet- Namun bila benda logam tersebut berada di Iuar kepala seperti pada pasien yang menggunakan kawat gigi, TMS masih bisa dilakukan.
Pemeriksaan fungsi saraf otak bertujuan untuk memastikan bahwa pasien yang akan dilakukan TMS adalah pasien yang mengalami gangguan sistem sarafserta dapat menjadi acuan dalam pemberian dosis TMS.
Untuk mengetahui fungsi saraf otak dapat menggunakan EEG, EMG/EP/ MEP, CT scan atau MRI. Sebelum diterapi pasien biasa nya juga akan diminta untuk menandatangani informed consent apabila dia setuju untuk dilakukan terapi TMS.

Fungsi Sel Saraf Yang Diperiksa.

Sebelum dilakukan TMS, pasien akan diperiksa fungsi sel sarafnya rnenggunakan Evoked Potential yang merupakan salah satu alat dalam rangkaian TMS. Melalui alat ini dapat mendeteksi gelombang otak melalui permukaan otak (cortex  cerebri) yang di dalamnya terdapat banyak sel – sel saraf atau neuron. Melalui pemeriksaan Evoked Potential, dapat diketahui koneksitas antar sel saraf, efek menimbulkan gelombang – gelombang, sensitifitas sel saraf dimana semakin sensitif sel saraf, semakin baik, dan waktu konduksi sentral sel saraf. Waktu konduksi ini menggambarkan kemampuan sel saraf untuk menghantarkan sinyal atau pesan,jika semakin panjang waktunya berarti terdapat gangguan. Selain itu juga dapat diketahui tingginya gelombang (amplitudo) yang dihasilkan sel saraf. Semakin rendah amplitudo biasanya terdapat gangguan.

Comments are closed.